oleh: Aisyah Diannisa
“Ayah!” Pekiknya.
“Aku akan menaklukannya!”. Garis mata tajamnya berbinar,senyumnya menggembang menyiratkan kegigihan sebuah keinginan besar yang menghujam dalam seraya menunjuk tegas peradaban yang terpuruk di depannya. Maka mimpinya, menyiratkan sisi kebahagiaan yang abai disapa iman. Ia berubah menjadi wujud kesederhanaan bahagia, namun menyeruak seistimewa syukur. Bahagia? ia tak kasatmata namun menggema di ruang rasa. Continue reading “Pemuda Ottoman”